Remaja mudah marah, mengalami gejolak di dalam hatinya,
pikirannya berkecamuk, dan melampiaskannya kepada keluarga. Pernyataan ini
mungkin sudah banyak diketahui oleh banyak orang. Memang sudah lumrah jika
anak-anak beranjak ke remaja, maka ia akan mengalami hal-hal tersebut.
Setiap anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan,
mulai dari fisik hingga mentalnya. Dalam fase tertentu, anak akan mengalami
perubahan hormon untuk mematangkan fisik dan mentalnya. Dalam fase tertentu
pula, anak akan mencoba melakukan berbagai hal untuk melakukan penelitian
prbadinya terkait dengan siapa jati dirinya sebenarnya.
Pada usia peralihan antara anak-anak dan remaja, atau
berkisar antara umur 10 – 15 tahun, anak akan cenderung mudah marah-marah
seolah-olah ia tengah menghadapi masalah. Lantas apa yang menyebabkan remaja
mudah marah dan bagaimana cara menyikapinya?
Penyebab Remaja Mudah Marah-Marah by Kiat Sehat |
Penyebab Remaja Mudah Marah-Marah
Berdasarkan keterangan dari beberapa jurnal, penyebab remaja
mudah marah-marah di antaranya sebagai berikut:
Peralihan Menuju Kemandirian
Ketika anak mengalami masa peralihan ke remaja, ia akan
merasakan hal tersebut. Berkaitan dengan hal itu, mentalnya pun mendorong
dirinya untuk bisa bersifat dan bersikap mandiri atau dewasa. Ia pun akan
sering mengatakan ‘aku sudah dewasa’ dan ‘aku bukan anak kecil lagi’. Ia akan merasa
kurang nyaman jika diberlakukan sebagaimana anak kecil.
Selain itu, ia juga akan mencoba mencari jati diri yang
sesuai dengan dirinya dan lingkungan sekitarnya. Anak akan mencoba berbagai
sifat seperti pendiam, periang, bijaksana, lucu, dan sebagainya. Dari
percobaannya tersebut ia akan menemukan kegagalan dari beberapa sifat yang
diterapkannya. Hal inilah yang seringkali menyebabkan anak menjadi mudah marah.
Mungkin saja sifat yang ia terapkan ternyata dianggap tidak
sesuai dan ditolak oleh teman-temannya. Ia juga akan mencoba lepas dari
keluarga dan mementingkan teman-temannya. Akhirnya sang anak sering melampiaskan
kemarahannya pada keluarga.
Kebingungan dalam Peran Sosial
Ketika ia mencoba berubah untuk bersifat dan bersikap
dewasa, orangtua pun juga berupaya menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Orangtua
kemudian akan memberikan peran sosial kepada sang anak untuk bisa besikap
dewasa dan memberikan contoh yang baik kepada adik-adiknya atau orang lain.
Namun, sanga anak belum terbiasa dengan kondisi seperti ini.
Ia masih ingin bebas, tidak mau dikekang, tidak mau diatur, dan tetap ingin diperlakukan
seperti orang dewasa. Akhirnya sang anak pun akan melakukan pembangkangan.
Perubahan Hormonal
Seiring dengan pertumbuhan remaja, tubuhnya juga akan
mengalami perubahan hormonal yang akhirnya akan mempengaruhi fisik dan
mentalnya. Dari fisik, sang anak akan menjadi lebih tinggi dan lebih besar. Secara
mental, anak akan lebih bisa berpikir rasional dan logis.
Hal ini bisa menjadikan anak menjadi seorang pribadi yang
baru. Ia juga akan merasa mudah tersinggung ketika tubuhnya dibanding-bandingkan
dengan tubuh orang lain, terlebih lagi jika anggapannya lebih jelek. Ia akan
mudah merasa kesal dan marah.
Pembullyan
Ketika anak telah memiliki pikiran yang rasional dan mampu
berpikir logis, ia akan menganalisa berbagai ucapan yang disampaikan kepada
dirinya dan merenungkannya. Seringkali, di masa remaja banyak terbentuk
geng-gengan yang membuahkan bullying kepada teman yang lain.
Ketika sang anak dibully oleh sekelompok anak lain, kemudian
ia belum mendapatkan dukungan yang positif dari orang lain, hal ini dapat
membahayakannya. Bullying dapat mengganggu mental dan fisik anak. Ia akan malu
untuk mengungkapkannya dan hanya melampiaskan kemarahan pada orangtua atau
keluarga.
Cara Menyikapi Remaja Mudah Marah
Bagi orangtua, cara tepat untuk menyikapi remaja yang mudah
marah adalah sebagai berikut:
- Selalu dekati dan awasi sang anak. Berikan penjelasan terkait dengan perubahan fisik dan mental yang akan ia lalui. Maka anak akan mendapatkan modal kuat untuk bisa mengontrol dirinya.
- Memberikan umpan balik kepada anak. Memberikan umpan balik dapat membantu anak dalam mengelola emosinya. Ketika sang anak marah, berikan umpan balik negatif. Jika ternyata ia tidak bisa mengendalikan emosinya, maka berikan umpan balik yang positif.
- Tanamkan nilai-nilai agama yang kuat pada anak. Nilai-nilai agama seperti perintah, kewajiban, pahala, dosa, surga, neraka, akan membantu anak dalam mengelola dirinya.
- Arahkan agar bisa memanfaatkan waktu luangnya untuk hal-hal bermanfaat, khususnya apa yang ia sukai, seperti olahraga, membaca, bermusik, dan sebainya.
Remaja mudah marah-marah haruslah kita berikan pengarahan,
bukan justru memarahinya. Ia perlu dukungan dari orangtua dan orang yang ada di
sekitarnya untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
Komentar
Posting Komentar